Roti dan susu (blog.thealliedgrp.com) |
Akhir-akhir ini, di kotaku - Yogyakarta - penjaja susu bermunculan bagai jamur di kain yang lembab. Penjaja susu ini nggak cuma berjualan dengan satu macam gaya. Ada yang berjualan hanya dengan tenda kakilima, ada yang membuka kedai mirip cafe, bahkan ada yang menyatukannya dengan karaoke.
Tampaknya popularitas susu melonjak drastis dalam 2-3 tahun ini.
Susu sendiri sebenarnya bukan bahan pangan tradisi dan utama di Indonesia. Terbukti dari sedikitnya (atau bahkan hampir nggak ada) resep masakan Indonesia yang menggunakan susu - termasuk pada jajanan tradisionalnya.
Nggak cuma di Indonesia, susu memang termasuk jarang dikonsumsi di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara di Asia Tenggara sepertinya nggak memasukkan susu sebagai bahan dasar masakan tradisional mereka.
Padahal kalau kita tarik sejarahnya, menurut Wikipedia, penggunaan susu hewan sebagai minuman atau bahan pangan berkembang di Asia Barat Daya pada sekitar tahun 9000-7000 SM. Perkembangannya seiring dengan perubahan cara hidup manusia dalam mencari makan, dari berburu dan meramu ke bercocok tanam dan beternak.
Hewan-hewan ternak seperti sapi, unta, keledai, hingga kuda nggak lagi cuma diambil tenaga atau dagingnya. Mereka juga diambil susunya untuk dikonsumsi.
Lantas kenapa di daerah Asia Tenggara susu nggak menjadi populer? Menurut wikipedia, ini mungkin ada kaitannya dengan cara hidup mereka yang masih 'berburu dan meramu' atau memang susu bukan menjadi salah satu produk ekonomis yang laku 'dijual'. Terlebih karena kuat sekali kaitannya dengan intoleransi laktosa yang banyak dimiliki masyarakat Asia Tenggara dan Cina.
Di Indonesia sendiri susu masuk melalui pengaruh yang dibawa oleh kolonialisme. Gaya hidup meminum susu diperkenalkan oleh Belanda, meski nggak serta-merta dicontoh oleh masyarakat Indonesia.
Menurut blog Sejarah Bangsa Indonesia, catatan Heer Medici menyebutkan bahwa pada 1786 susu sudah diproduksi di Bandung. Bandung sendiri menjadi sangat terkenal akan susunya karena memang pada tahun 1938 telah terdapat 22 usaha pemerahan susu yang semua produknya ditampung oleh Bandoengsche Melk Centrale untuk diolah.
Karena merupakan gaya hidup Belanda, alhasil di Indonesia susu menjadi sesuatu yang 'mewah'. Bahkan di era tahun 1980-an, film-film Indonesia, susu hanya keluar di film dengan setting 'keluarga kaya', biasanya dalam bentuk suguhan untuk sarapan. Mungkin pada saat itu susu memang harganya nggak semurah sekarang dan pilihannya sedikit.
Sekarang, susu telah menjadi sangat populer di berbagai kalangan masyarakat, nggak cuma di 'keluarga kaya' itu tadi saja. Susu muncul dengan berbagai varian dan harga. Susu bubuk, susu kental manis, susu kotak, hingga susu murni. Selain itu, kalau dulu aku sering hanya minum susu putih, susu coklat, susu sirop, dan susu soda, sekarang aku bisa membeli susu oreo atau susu rasa buah-buahan di salah satu kedai susu yang menjamur tadi.
Sumber diakses 5 September 2012:
- http://en.wikipedia.org/wiki/Milk#History
- http://sejarahbangsaindonesia.blogdetik.com/2012/01/06/asal-muasal-susu-di-indonesia/
No comments:
Post a Comment