Wednesday, September 12, 2012

To Eat or Not to Eat: Tabu!

Kanibal (www.utexas.edu)

Seorang kawan menolak dengan keras ajakanku untuk menikmati sate kelinci pada beberapa waktu yang lalu. Alasan dia karena nggak tega.  Mungkin aku juga akan menolak jika suatu saat ada yang mengajakku untuk mencicipi masakan berbahan dasar tikus - walaupun itu tikus hutan. Alasannya karena jijik.

Padahal, banyak yang bilang rasa keduanya hampir sama. Tikus hutan di beberapa daerah justru sangat populer, seperti di Manado atau di Malawi.

Karena kebiasaan dalam hidupku saja, aku menolak gagasan mengkonsumsi daging tikus, sama seperti temanku menolak gagasan mengkonsumsi daging kelinci.

Sebenarnya secara sederhana definisi makanan sangatlah luas. Asalkan suatu benda dapat dikunyah dan ditelan, bisa dibilang benda tersebut adalah makanan. Terlebih karena manusia pada dasarnya diciptakan sebagai omnivora, pemakan segala. Apapun - kecuali benda yang mengganggu kesehatan.

Tapi apakah hal tersebut lantas membuat kita secara harafiah memakan segalanya?

Tentunya nggak ya...

Aku sendiri mempunyai keterbatasan kemampuan makan. Maksudku, banyak makanan yang disukai orang lain yang nggak bisa aku makan. Seperti tikus tadi. Apalagi untuk makanan berupa sembarang benda yang asal hanya bisa dikunyah dan ditelan.

Keterbatasan ini kemudian sering berkaitan dengan salah satu bentuk tabu atau larangan. Makanan yang dilabeli sebagai makanan tabu ini menjadi sangat aneh apabila dikonsumsi di tengah masyarakat yang menganggapnya tabu. Reaksi yang terjadi bisa sekedar shock ringan, atau hingga membuat mual dan muntah.

Akan tetapi, tabu nggak muncul begitu saja. Makanan terlarang atau tabu ini merupakan salah satu produk budaya. Ketabuan biasanya terkait erat dengan suatu kebiasaan tertentu, larangan dalam agama, kesehatan, persepsi seseorang, atau kepercayaan. Tabu ini juga bisa dibedakan menjadi dua, tabu permanen dan tabu sementara.

Tabu permanen adalah makanan yang nggak bisa dikonsumsi seumur hidup, seperti daging babi bagi umat Islam dan daging sapi bagi umat Hindu. Sementara tabu sementara biasanya dilarang pada jangka waktu tertentu, seperti nggak boleh makan telur mentah bagi orang hamil.

Karena eratnya kaitan dengan budaya, tentu saja label tabu pada suatu makanan sangat beragam. Dua orang dengan budaya yang berbeda, yang hidup saling berdampingan pun sangat mungkin mengkonsumsi dan memberikan label tabu pada makanan yang berbeda.

Hanya sekedar perasaan jijik, suatu makanan bisa menjadi tabu bagi seseorang. Padahal standar kejijikan seseorang berbeda-beda. Nggak perlu jauh-jauh membayangkan bola mata yang disajikan di piring Anda, orang yang nggak suka sayuran bahkan menabukan jenis-jenis sayuran tertentu.

Ketika aku menonton film "Alive" yang menunjukkan para korban kecelakaan pesawat di Pegunungan Andes berkat memakan daging temannya yang sudah meninggal, seorang sahabat tiba-tiba bertanya apakah aku dalam situasi itu mau memakan daging manusia.

Aku sempat berpikir sebentar. Pada akhirnya aku jawab, "Tergantung cara memasaknya..."

Agak ekstrim, sih...

Tapi dari pertanyaan singkat itu, aku baru sadar bahwa ternyata bagiku presentasi sajian makanan dan cara memasaknya (berikut bumbu yang digunakan) merupakan salah satu hal yang penting dalam gagasan konsumsi. Bahkan juga menjadi sangat penting untuk memutuskan tabu dan nggaknya suatu makanan bagi aku sendiri, yang terlepas dari larangan tertulis dalam agama. ;)

1 comment:

  1. The king casino – The king casino - Community khabar
    The king casino – 전주 출장마사지 The king casino. The king 오산 출장샵 casino. The king casino. The king 목포 출장마사지 casino. communitykhabar The king 이천 출장샵 casino. The king casino.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...