Pernah berpikir tentang makan dan
makanan? Kenapa acara makan-makan kerap diadakan dan menjadi salah satu
ajang berkumpul? Kenapa setiap ada ajakan makan bersama, jarang ditolak?
Kecuali ya kalau memang tidak cocok dengan yang mengajak atau ada acara
yang jauh lebih darurat.
Bahkan saat puasa pun, acara berbuka sering dijadikan acara berkumpul karena saat itulah saat yang tepat untuk makan-makan.
Bahkan saat puasa pun, acara berbuka sering dijadikan acara berkumpul karena saat itulah saat yang tepat untuk makan-makan.
Setiap ada acara berkumpul, pasti ada makanan. Entah itu sekedar minuman dan makanan ringan seperti kopi, teh, dan gorengan, atau malah makan besar seperti di Rumah Makan Padang.
Makan sendiri, bagiku, bukan hanya sekedar kebutuhan manusia untuk menambah gizi agar bisa bertahan hidup. Ia memiliki fungsi sosial juga. Makan bisa menjadi kegiatan komunal yang secara bersamaan juga individual.
Kenapa?
Karena makan dan makanan - meski beraneka ragamnya - merupakan 'common ground' dari banyak orang yang berbeda-beda latar belakang dan minat. Bahkan common ground dari orang yang belum kita kenal.
Sesuatu yang memberikan kenyamanan dan kesenangan tambahan bagi para pelakunya, sehingga akan dapat memunculkan sikap saling menghormati dan bahkan pertemanan.
Seperti perkenalan dan kencan buta yang biasanya sambil minum kopi, makan siang, atau makan malam. Apa lagi yang bisa lebih sesuai untuk mempertemukan dua orang yang sama sekali belum kenal?
Paling tidak, ketika tidak ada ide
obrolan, mereka bisa memulainya dengan mengobrol tentang makanan -
sesuatu yang sedang mereka nikmati dan sudah mereka lakukan seumur
mereka hidup.
Ketika ia menjadi common ground, otomatis semua orang yang terlibat akan bisa menikmati. Tanpa paksaan. Kalau pun seseorang tidak suka dengan salah satu makanan yang dihidangkan, dia bisa mengambil dalam porsi sedikit atau memilih lainnya.
Acara makan-makan dengan beraneka pilihan makanan pun menjadi lebih spesial. Ini karena rasa dan selera adalah sesuatu yang personal, di luar dari kegiatan komunal tadi.
Acara makan bareng berbeda dengan nonton bareng, yang hanya bisa dinikmati oleh penggemarnya. Ya karena memang itu common ground mereka. Atau kegiatan olahraga yang mempunyai komunitas yang lebih eksklusif, contohnya.
Kegiatan-kegiatan itu membutuhkan pengetahuan dan skill - dan mungkin peralatan - tambahan agar bisa menjadi anggotanya.
Sementara itu, siapa sih yang belum pernah makan? Siapa yang tidak bisa makan? Terlepas dari makanannya apa loh...
Belum lagi, acara makan-makan bisa disambi dengan ngobrol bareng, bertukar cerita. Topiknya bisa dari A sampai Z. Tidak seperti acara nonton bareng yang bila kita mengobrol justru kehilangan esensi filmnya.
Acara makan-makan pun bisa dinaik-turunkan 'standar'-nya tanpa terlalu mempengaruhi kenikmatan personal.
Standar di sini maksudnya referensi ya... karena tidak ada grade dalam masalah selera, yang ada hanyalah perbedaan referensi.
Misal nih ada orang yang belum pernah mencoba makan sushi dan beranggapan makan daging ikan mentah itu menjijikkan, ya tidak perlu dipaksa saat itu juga untuk mencoba. Tinggal dicari kesepakatan makanan yang pas dan yang lain pasti masih bisa menerima.
Kalau perlu, cari restoran atau tempat makan yang menyediakan aneka makanan tersebut. Bahkan kalau perlu, pilih tempat makan yang semacam food court.
Jadi, kapan nih kita makan-makan lagi? :D
Ketika ia menjadi common ground, otomatis semua orang yang terlibat akan bisa menikmati. Tanpa paksaan. Kalau pun seseorang tidak suka dengan salah satu makanan yang dihidangkan, dia bisa mengambil dalam porsi sedikit atau memilih lainnya.
Acara makan-makan dengan beraneka pilihan makanan pun menjadi lebih spesial. Ini karena rasa dan selera adalah sesuatu yang personal, di luar dari kegiatan komunal tadi.
Acara makan bareng berbeda dengan nonton bareng, yang hanya bisa dinikmati oleh penggemarnya. Ya karena memang itu common ground mereka. Atau kegiatan olahraga yang mempunyai komunitas yang lebih eksklusif, contohnya.
Kegiatan-kegiatan itu membutuhkan pengetahuan dan skill - dan mungkin peralatan - tambahan agar bisa menjadi anggotanya.
Sementara itu, siapa sih yang belum pernah makan? Siapa yang tidak bisa makan? Terlepas dari makanannya apa loh...
Belum lagi, acara makan-makan bisa disambi dengan ngobrol bareng, bertukar cerita. Topiknya bisa dari A sampai Z. Tidak seperti acara nonton bareng yang bila kita mengobrol justru kehilangan esensi filmnya.
Acara makan-makan pun bisa dinaik-turunkan 'standar'-nya tanpa terlalu mempengaruhi kenikmatan personal.
Standar di sini maksudnya referensi ya... karena tidak ada grade dalam masalah selera, yang ada hanyalah perbedaan referensi.
Misal nih ada orang yang belum pernah mencoba makan sushi dan beranggapan makan daging ikan mentah itu menjijikkan, ya tidak perlu dipaksa saat itu juga untuk mencoba. Tinggal dicari kesepakatan makanan yang pas dan yang lain pasti masih bisa menerima.
Kalau perlu, cari restoran atau tempat makan yang menyediakan aneka makanan tersebut. Bahkan kalau perlu, pilih tempat makan yang semacam food court.
Jadi, kapan nih kita makan-makan lagi? :D
*dari My World.
No comments:
Post a Comment