Sate Kuda Mas Yadi, Surabaya |
Pernah makan sate kuda?
Walaupun di kotaku - Jogja - katanya banyak yang menjual sate kuda, aku justru pertama kali mencicipinya di Surabaya. Hari Minggu lalu.
Pada dasarnya, sate kuda ini tidak berbeda dengan sate-sate lainnya: sate ayam, sate kelinci, atau pun sate sapi. Bumbunya tetap menggunakan bumbu kacang, irisan bawang merah, dan sedikit kecap.
Rasanya? Juga tak jauh berbeda dari daging sapi. Atau lebih mirip ke kerbau, kata beberapa orang yang sudah mencicipi daging kerbau.
Tetap saja, bagiku sensasinya berbeda. Dagingnya - sesuai bayanganku - terasa alot. Tapi dengan potongan dagingnya yang kecil-kecil, sate kuda ini jadi lebih mudah dinikmati.
Kealotan dagingnya mungkin sekali karena cara memasak dan umur kudanya. Yang jelas, dagingnya yang alot mengingatkanku akan siklus kuda di Jogja yang pernah diceritakan oleh seorang perawat kuda di Cangkringan, Jogja.
Menurutnya, kuda awalnya ketika masih kuat dan sehat akan digunakan untuk pacuan kuda. Setelah itu, ia akan dialih-fungsikan sebagai kuda wisata, dan kemudian penarik dokar. Nah, kalau kuda-kuda itu sudah dianggap tidak dapat menarik dokar dan tidak produktif, mereka akan dijadikan sate.
Di luar siklus yang entah salah-entah benar itu, biasanya jenis kuda yang dipotong merupakan kuda beban dengan postur pendek. Atau di kalangan para peternak kuda, dikenal sebagai Kuda Anjing.
Pasokan daging kuda yang bisa dikatakan sedikit memang membuat kemungkinan menemukan daging kuda yang tidak alot, kecil.
Yah, peternakan kuda potong di Indonesia memang masih jauh kalah populer dibandingkan peternakan hewan potong lainnya, seperti sapi potong. Di Indonesia, sebagian besar kuda potong pun didatangkan dari daerah Nusa Tenggara Barat.
Ini berkaitan dengan kurang populernya daging kuda sendiri sebagai konsumsi sehari-hari.
Walaupun memiliki penggemar, namun banyak juga yang masih bergidik mendengar daging kuda. Mungkin karena daging kuda masih sering dianggap tabu, terutama di negara-negara seperti Inggris dan beberapa negara Islam Maghribi di mana kuda dianggap sebagai salah satu sahabat manusia.
Sementara, sebagian besar yang mencarinya pun lebih karena fungsi medisnya. Selain daging kuda rendah lemak (3%) dan rendah kolesterol, daging kuda juga dipercaya memiliki khasiat positif terhadap kesehatan. Dari kulit, asma, hingga kejantanan.
Meski begitu, semuanya masih hanya sebatas pengalaman dan belum ada penelitian resmi mengenainya.
Tak hanya di Indonesia, daging kuda ini sebenarnya sudah dikenal dan bahkan menjadi salah satu pilihan makanan di luar negeri - seperti di kawasan Balkan dengan sosis kuda atau di Jepang dengan 'Ba Sashi'-nya.
Sumber (semua diakses pada tanggal 14 September 2011):
- http://www.indosiar.com/ragam/39235/sate-kuda-dari-yogya
- http://langsungenak.com/baca/2010/05/19/sate-kuda-pendongkrak-vitalitas.html
No comments:
Post a Comment